Puisi Patah Hati Wanita yang Merajut Asa
Puisi Patah Hati Wanita yang Merajut Asa
Di dalam hatinya, cerita pilu terukir,
Wanita yang merajut asa, kini patah hati merintih.
Benang harapannya putus di tengah jalan,
Sekilas senyumnya, kini pudar dalam kepedihan.
Langit hatinya mendung, awan kelabu meliputi,
Jejak cinta yang terputus, seolah merangkak dalam retakan.
Patah hati wanita, seperti bunga yang layu,
Dalam sunyi, dia merajut asa, mencari cahaya baru.
Mimpi-mimpi indah, sekarang jadi reruntuhan,
Seperti kastil di angan-angannya, runtuh tak berdaya.
Wanita itu, merajut asa dengan benang keberanian,
Namun, takdir berkata lain, merayapnya ke dalam sepi.
Asa yang ditenun dalam kerinduan,
Terhempas oleh kenyataan yang pahit.
Wanita itu, dalam kebisuannya,
Merajut kembali asa yang tersisa, meski berliku.
Matahari terbenam di dalam matanya yang berkabut,
Peluh asa meresap dalam lembaran waktu yang kelam.
Wanita patah hati, namun merajut asa,
Menyusun kembali potongan-potongan hatinya yang rapuh.
Dalam kepergian cinta, dia masih berusaha,
Merajut kembali kenangan yang terluka.
Wanita yang merajut asa di tengah patah hati,
Menjadi pahlawan dalam kisahnya yang tak berakhir.
Asa adalah bahan bakarnya, api di dalam kegelapan,
Wanita itu, meski patah hati, masih menggapai bintang.
Dia merajut asa seolah kain yang lembut,
Dalam patah hati, wanita itu menemukan kekuatan.
Mungkin kini ia terluka, tapi jangan lupa,
Wanita yang merajut asa, tak pernah kehilangan harapan.
Meski hatinya patah, namun dia berdiri,
Sebagai saksi bahwa asa tetap hidup, merajut dalam setiap detik.