Puisi Larut Dalam Duka Wanita Terluka
Puisi Larut Dalam Duka Wanita Terluka
Dalam senyap malam, wanita terluka merenung,
Larut dalam duka yang menghempas langkahnya.
Hatinya, hancur seakan serpihan malam gelap,
Begitu dalam, dalam kepungan kesedihan yang tulus.
Air mata membentuk sungai dalam matanya,
Mengalir deras, menyusuri lika-liku kepedihan.
Wanita yang terluka, merangkai rasa pilu,
Dalam sunyi, dia menari dengan duka yang terpahat.
Saat malam menggenggam bintang-bintangnya,
Wanita itu mencari arti dalam malam yang gelap.
Dalam diamnya, terdengar rintihan hati yang terluka,
Melodi kesedihan, memayungi dunianya yang redup.
Langkah-langkahnya, berat dan terhenti,
Dalam hening malam yang memeluknya rapat.
Wanita terluka, mencari jalan keluar dari kegelapan,
Namun, duka itu tetap melingkupi dirinya.
Pada bantalnya, dia merajut kisah lara,
Patah hati membentuk puisi-puisi kelam.
Wanita terluka, dalam rindu yang tak terbalas,
Menyusuri lorong-lorong sunyi dalam hatinya yang hampa.
Dalam setiap lirih angin malam, dia menangis,
Menumpahkan luka-lukanya yang tak tersembunyi.
Wanita yang terluka, melihat bintang-bintang bersedih,
Seolah langit sendiri turut merasakan duka yang teramat.
Larut dalam duka, dia mencari sinar rembulan,
Namun, gelap malam tetap merayap dalam benaknya.
Wanita terluka, berjalan di kehampaan tak berujung,
Menghadapi duka, seperti ombak yang datang dan pergi.
Mungkin, suatu saat dia akan menemukan kedamaian,
Namun kini, wanita terluka masih larut dalam duka.
Dalam keheningan malam yang pekat,
Dia merenung, menunggu fajar yang membawa harapan.